Jumat, 04 Februari 2011

Analisis SWOT dalam perusahaan

1. Pengertian Analisis SWOT
Dalam suatu perusahan atau organisasi terdapat suatu strategi, yang kompehersif untuk mencapai tujuan organisasi. Titik awal dalam memformulasikan strategi biasanya adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan dan kelemahan internal suatu organisasi yang dilakukan secara hati-hati dan juga evaluasi atas peluang dan ancaman dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, strategi terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah dengan,
1.      mengeksploitasi peluang dan kekuatan suatu organisasi, dan pada saat yang sama.
2.      menetralisasikan ancamannya dan,
3.      menghindari (memperbaiki) kelemahannya.

2.  Tujuan Analisis SWOT
         Analisis SWOT berguna untuk menganalisis faktor-faktor yang ada didalam organisasi yang memberikan konstribusi dan kualitas pelayanan yang salah satu komponennya mempetimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal.
         Tujuan dari analisis SWOT adalah bagaimana cara memahami dan melaksanakan suatu analisis SWOT itu sendiri, dan memahami perbedaan diantara kekuatan umum organisasi, itu juga mengembangkan strategi yang baik, kekuatan, peluang, dan menetralisir ancaman. Jadi, analisis SWOT meningkatkan kompetensi unggulan yang dapat membantu manajer atau suatu organisasi dan menghindari keseimbangan persaingan dalam mencapai suatu keunggulan yang kompetitf, serta meningkatkan keahlian tertentu yang dimiliki oleh perusahaan dan unggul dalam meningkatkan kompetensi suatu perusahaan untuk menjadi lebih baik dan sukses diantara perusahaan yang lainnya.
         Analisis SWOT, memberikan konstribusi bagi perusahaan dalam menjalankan suatu proses produksi itu sendiri. Strategi ini berhasil dikembangkan oleh perusahaan WD-40 misalnya, hanya membuat satu produk tunggal, semprotan pelumas WD-40, dan hanya menjualnya  di satu pasar, Amerika Utara. WD-40 telah mempertimbangkan untuk memperluas pasarnya ke Eropa dan Asia akan tetapi terus memusatkan manufaktur, penjualan, dan pemasaran pada satu produk. Strategi produk tunggal memiliki satu kekuatan utama dan satu kelemahan utama. Dengan menkonsentrasikan usahanya secara penuh pada satu produk dan pasar, suatu perusahaan lebih mungkin untuk sangat berhasil dalam manufaktur dan pemasaran produk. Organisasi tersebut bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa produk itu berhasil.produk itu tidak akan berhasil bila produk itu digantikan oleh produk yang lebih baru, dan perusahaan akan merugi. Inilah kelemahan bila suatu perusahaan hanya memakai satu produk dan satu pasar.
3.      Pengertian atau Evaluasi Tentang Strengths (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Opportunities (Peluang), dan Threats (Ancaman)
A. Mengevaluasi Kekuatan Organisasi
               Kekuatan organisasi (organizational strengths) adalah keahlian dan kemampuan yang menyebabkan suatu organisasi mampu menyusun dan mengimpletasikan strateginya. Sears, misalnya, memilki suatu jaringan di seluruh negeri yang terdiri dari karyawanan pelayanan yang terlatih memperbaiki peralatan Sears. Jane Thompson, seorang eksekutif Sears, menyusun suatu rencana untuk mengkonsolidasikan jasa perbaikan dan peningkatan rumah di seluruh negara di bawah merek Sears yang terkenal dan mepromosikannya sebagai suatu operasi perbaikan umum untuk semua peralatan, tidak hanya untuk peralatan yang dibeli dari Sears. Oleh karaena itu, perusahaan memanfaatkan kemampuan yang ada dan kekuatan namanya untuk meluncurkan suatu operasi baru. Strategi yang berbeda memerlukan keahlian dan kemampuan yang berbeda. Sebagai contoh, Matsushita Elelectric telah menunjukkan kekuatan dalam manufaktur dan penjualan barang-barang elektronik dengan merek Panasonic. Akan tetapi, kekuatan Matsushita dalam elektronik tidak akan menjamin keberhasilan jika perusahaan berekspansi ke bidang asuransi, manufaktur kolam renang, atau ritel. Strategi yang berbeda seperti itu memerlukan kekuatan organisasi yang bebrbeda. Analisis SWOT membagi kekuatan organisasi menjadi dua kategori: kekuatan umum dan kompetensi unggulan. Bekerja dalam keanekaragaman juga mendeskripsikan bagaimana beberapa perusahaan secara efektif menggunakan keanekaragaman untuk membangun kekuatan organisasi.

·         Kekuatan Organisasi Umum
               Kekuatan umum (common strength) adalah kemampuan organisasisonal yang dimiliki oleh sejumlah perusahaan yang bersaing. Sebagai contoh, semua studio film Hollywood yang besar memilki kekuatan umum yang sama dalam pencahayaan, perekaman suara, rancangan lokasi dan kostum, serta tata rias wajah. Keseimbangan persaingan (kompetitive parity) muncul ketika sejumlah besar perusahaan yang bersaing dapat mengimplementasikan strategi yang sama. Dalam situasi tersebut, pada umumuya organisasi hanya mencapai tingkat kinerja rata-rata. Oleh karena itu, suatu perusahaan film yang hanya mengeksploitasi kekuatan umumnya dalam memilih dan mengimplementasikan strategi tidak mungkin melangkah jauh dari kinerja rata-rata.

·         Kompetensi Unggulan
               Suatu kompetensi unggulan adalah suatu kekuatan yang dimiliki oleh hanya sejumlah kecil perusahaan yang saling bersaing. Kompetensi unggulan jarang ditemuakan di antara serangkaian pesaing. Industri Light and Magic (ILM) milik George Lucas, misalnya telah membawa seni sinematik dari special effect ke dalam tingakatan yang baru. Beberapa special effect ILM tidak dapat diproduksi oleh perusahaan lain. Oeleh karena itu special effect yang jarang tersebut merupakan kompetensi unggulan ILM. Organisasi yang mengeksploitasi kompetensi unggulan mereka sering kali memperoleh suatu keunggulan kompetitif dan mencapai kinerja ekonomi di atas normal. Memang tujuan utama analisis SWOT adalah untuk mengungkapkan kompetensi unggulan dari suatu organisasi, sehingga organisasi tersebut dapat memilih dan mengimplementasikan strategi yang mengeksploitasi kekuatan organisasionalnya yang unik.

·         Peniruan Kompetensi Unggulan
               Suatu organisasi yang memliki kompetensi unggulan dan mengeksploitasinya dengan menggunakan strategi yang dipilihnya dapat diharapkan untuk memperoleh suatu keunggulan kompetitif dan kinerja ekonomi di atas normal. Akan tetapi keberhasilannya akan mendorong organisasi lain untuk meniru keunggulan tersebut. Peniruan strategi (strategic imitation) adalah praktik duplikasi kompetensi unggulan perusahaan lain dan oleh karena itu membutuhkan pengimplementasian strategi yang berharga. Walau beberapa kompetensi unggulan dapat ditiru, yang lainnya tidak. Ketika suatu kompetensi tidak dapat ditiru, strategi yang mengeksploitasi kompetensi tersebut menghasilkan suatu keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sebuah keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (sustained competitive advantage) adalah sebuah keunggulan kompetitif yang tetap ada setelah semua usaha peniruan strategi telah berhenti.
               Suatu kompetensi unggulan mungkin tidak dapat ditiru karena tiga alasan. Pertama, akuisisi atau pengembangan dari kompetensi unggulan tersebut mungkin bergantung pada situasi sejarah yang unik yang tidak dapat ditiru oleh organisasi yang lain. Caterpillar, misalnya, memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan ketika U.S Army memberikan kontrak jangka panjang kepadanya selama perang dunia II. U.S. Army merasa wajib menawarkan kontrak tersebut karena persyaratan pembangunan internasional yang akut mengharuskan untuk memenuhi kebutuhan tentara. Pesaing Caterpillar saat ini termasuk Komatsu dan Deere & Company, tidak dapat menciptakan ulang situasi tersebut.
               Kedua, kompetensi unggulan mungkin sulit untuk ditiru karena sifat dan karakternya mungkin tidak diketahui atau tidak dipahami oleh perusahaan pesaing. Procter & Gamble, misalnya mempertimbangkan bahwa kunggulan kompetitif yang berkelanjutannya didasarkan pada praktik manufakturnya. Sebagian besar daerah di pabrik Procter & Gamble disegel untuk mempertahankan keamanan informasi. Industrial Light & Magic juga menolak untuk mengungkapkan bagaimana ia menciptakan beberapa special effect-nya.
               Terakhir (ketiga), suatu kompetensi unggulan dapat menjadi sulit ditiru jika perusahaan didasarkan pada fenomena sosial yang kompleks, seperti kerja tim orgnisasi atau budaya. Organisasi yang bersaing mungkin tahu, misalya bahwa keberhasilan suatu perusahaan dapat ditelusuri secara langsung pada kerja tim di antara manajernya akan tetapi mungkin saja perusahaan itu tetap tidak dapat meniru kompetensi unggulan tersebut karena kerja tim merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk di ciptakan.

B. Mengevaluasi Kelemahan Organisasi
               Kelemahan organisasi (organizational weakness) adalah kekurangan dan kegagalan yang membuat organisasi tidak dapat memilih dan mengimplementsikan strategi yang mendukung misinya. Suatu organisasi pada intinya memiliki dua cara untuk mengatsi kelemahan. Pertama, organisasi mungkin perlu melakukan investasi untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan dalam mengimplementasikan strategi yang mendukung misinya. Kedua, organisasi mungkin perlu untuk memodifikasi misinya sehingga misi organisasi tersebut dapat tercapai dengan keahlian dn kemampuan yang sudah dimiliki orgnisasi.
               Dalam praktik, organisasi mengalami kesulitan dalam berfokus pada kelemahan, sebagaian karena anggota organisasi sering kali enggan untuk mengakui  bahwa mereka tidak memiliki semua keahlian dan kemampuan yang diperlukan. Dalam mengevaluasi kelemahan juga perlu dipertanyakan mengenai pertimbangan manajer yang pertama kali memilih misi organisasi dan siapa yang gagal menginvestasikan ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya.
               Organisasi yang gagal baik untuk mengakui atau mengatasi kelemahan mereka lebih mungkin untuk mengalami competitive disadvantage. Organisasi memiliki suatu competitive disadvantage pada saat ia tidak mengimplementasikan strategi yang bagus yang diimplementasikan oleh organisasi pesaing. Organisasi dengan suatu competitive disadvantage hanya dapat mencapai tingkat kerja di bawah rata-rata.

C.  Mengevaluasi Suatu Kesempatan (Peluang) dan Acaman     Organisasi
               Apabila evakuasi kekuatan dan kelemahan memusatkan perhatian pada pekerjaan internal dari suatu organisasi, maka evaluasi peluang dan ancaman memerlukan analisis dari lingkungan organisasi. Peluang organisasi (organizational opportunities) adalah bidang-bidang yang mungkin menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Ancaman organisasi (organizational threats) adalah bidang-bidang yang meningkatkan kesulitan bagi organisasi untuk berkinerja pada tingkat yang lebih tinggi. Model lima kekuatan Porter dari lingkungan yang kompetitif yang digunakan untuk mengkarakterisasi potensi peluang dan ancaman dalam lingkungan organisasi.
               Lima kekuatan Porter adalah tingkat persaingan, kekuatan pemasok, kekuatan konsumen, ancaman produk subtitusi, dan ancaman pendatang baru. Secara umum ketika tingkat persaingan kekuatan pemasok dan konsumen dan ancaman produk subtitusi dan pendatang baru semua tinggi, industri memiliki peluang yang relatif kecil dan sejumlah ancaman. Perusahaan dalam jenis bentuk industri seperti ini biasanya memiliki potensi untuk hanya dapat mencapai kinerja ekonomi normal. Di lain pihak, ketika tingkat persaingan, kekuatan pemasok dan konsumen, dan ancaman produk subtitusi, serta ancaman dari pendatang baru yang rendah, maka industri memiliki banyak peluang dan relatif sedikit ancaman. Industri tersebut memiliki potensi untuk mencapai kinerja di atas normal bagi para anggota organisasi.

4. Contoh Alisis SWOT
Ø  Desentralisasi Pendidikan di Indonesia
               Jika dibandingkan dengan kebijakan desentralisasi pendidikan di Amerika Serikat, maka kebijakan desentralisasi pendidikan yang diterapkan di Indonesia tergolong masih sangat baru dan belum memiliki pengalaman. Jelas hal ini sangat masuk akal jika kebijakan ini diimplementasikan di lapangan muncul berbagai permasalahan. Di AS meskipun desentralisasi pendidikan sudah sangat lama diimplementasikan, banyak birokrasi yang menangani kasus-kasus pendidikan. Namun, muncul permasalahan besar yang terjadi secara nasional, sehingga AS melakukan reformasi kebijakan pendidikan.
               Permasalahan yang muncul dalam implementasi desentralisasi pendidikan di Indonesia antara lain: bahwa pendelegasian urusan pendidikan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah cenderung masih di maknai sebagai penyerahan kekuasaan daripada penyerahan aspek pelayanan. Akibatnya pemerintah daerah (khususnya kabupaten atau kota) berpotensi menjadi penguasa tanpa batas jika tidak diimbangi dengan pengembangan instituisi dan SDM daerah (ditegaskan oleh Dr. H. Ace Suryadi staf ahli Mendiknas Bidang Desentralisasi Pendidikan).
               Desentralisasi pendidikan merupakan kekuatan dan peluang bagi keberhasilan implementasi berikutnya. Berikut ini di sajikan hasil analisis SWOT terhadap implementasi kebijakan pendidikan di Indonesia, sebagai berikut:
A.      Strengths (Kekuatan)
Jika digunakan analisis SWOT terhadap implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan ini, maka ada beberapa hal sebagai faktor kekuatan, yaitu:
1.      Secara politis kebijakan desentralisasi pendidikan telah dikenal luas oleh masyarakat dan merupakan kebijakan yang populis.
2.      Proses munculnya dikawal sedemikian rupa oleh para pakar pendidikan dan menjadi agenda pemerintah oleh kalangan politisi. Baik yang ada di parlemen maupun kalangan partai politik.
3.      Jiwa dan ruh kebijakan desentralisasi pendidikan telah lama diidamkan oleh masyarakat khusus dalam menghadapi era globalisasi yang mengharuskan masyarakat memiliki kompetensi dan daya kompetitif yang tinggi.
4.      Adanya dukungan anggaran yang cukup besar bagi pengembangan sektor pendidikan, sebagiamana dicerminkan dalam APBN sejak tahun 2003, yaitu anggarannya sebesar 20% pada sektor pendidikan nasional dari total pengeluran APBN 2003.
5.      Kebijakan ini merupakan bentuk nyata dari diakuinya eksistensi pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan bidang pendidikan di daerah.
B.       Weaknesses (kelemahan)
Kebijakan ini memiliki kelemahan, antara lain:
1.      Tidak meratanya ,kemampuan dan kesiapan pemerintah daerah untuk menjalankan kebijakan desentralisasi pendidikan.
2.      Tidak meratnya kemampuan keuangan daerah (PAD) dalam menopang pembiayaan pendidikan di daerahnya masing-masing, terutama daerah miskin.
3.      Belum adanya pengalamn dari pemerintah daerah untuk mengatur pembangunan pendidikan di daerahnya sendiri yang sesuai dengan semangat daerahnya, sehingga implementasi kebijakan desentralisasi pendiddikan dijadikan komoditas pemerintah daerah tertentu dengan tujuan-tujuan jangka pendek.
4.      Belum bersihnya birokrasi dari mentalitas dan budaya korupsi.
5.      Belum jelasnya pos-pos anggaran untuk pendidikan.
C.    Opportunities (Peluang)
Faktor peluang bagi keberhasilan pelaksanaan kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu:
1.      Adanya semangat yang kuat dari masyarakat untuk menjadikan implementasi kebijakan ini berhasil karena munculnya kebijakan ini disadari bersama sebagai keinginan masyarakat banyak.
2.      Adanya semangat dari kalangan masyarakat untuk turut serta mengevaluasi pelaksanaan kebijakan desentralisasi pendidikan di daerah masing-masing. Bahkan muncul LSM atau lembaga non-kepemerintahan yang merelakan diri untuk memonitor dan mengawasi kebijakan ini.

D.    Threats (Ancaman)
Ada beberapa faktor yang, menjadi acaman bagi implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu:
1.      Tidak meratanya hasil prestasi pendidikan dilihat secara nasional karena dimungkinkan munculnya variasi kualitas di masing-masing lembaga pendidikan, baik dalam satu wilayah daerah maupun dengan daerah lainnya.
2.      Faktor tidak meratanya kualitas guru di masing-masing daerah juga di duga sebagai ancaman.

5. Aspek-Aspek Dalam SWOT
Secara umum berdasarkan data bidang bisnis atau yang lainnya, analisis SWOT dapat dilakukan terhadap aspek-aspek berikut:
a.        Sumber daya keuangan, meliputi: modal, arus kas, kewajiban-kewajiban, dan lain-lain.
b.        Fasilitas umum, meliputi: infrasktur umum, transportasi, perkantoran, rumah ibadah, dan lain-lain.
c.        Kemampuan manajemen dan karyawan, meliputi: kemampuan manajemen perusahaan atau organisasi, kemampuan teknis, pengalaman, ketrampilan manajemen top manajer atau karyawan (middle, bawahan).
d.       Manajemen pemasaran, meliputi: keahlian memasarkan produk, mengatasi keterlambatan pengiriman barang terhadap pasar, dan memenuhi permintaan pasar atau konsumen.
e.        Informasi yang tersedia, meliputi: sumber-sumber informasi, ketersediaan informasi untuk melakukan analisis pasar, dan lain-lain.
f.         Lingkungan sosial, meliputi: kondisi sosial penduduk, ketimpangan sosial, penduduk yang heterogen, keadaan masyarakat, dan lain-lain.
g.        Pendidikan penduduk, meliputi: tingkat pendidikan penduduk, kesadaran masyarakat terhadap dunia pendidikan, keterbukaan masyarakat, dan lain-lain
h.        Dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar